Sampein.net - Jika Anda sering atau pernah berkunjung ke pulau Bali, tentu tidak asing dengan kain yang berpola kotak-kotak kecil dan berwarna hitam putih seperti papan catur. Kain ini selain umum dipakai oleh masyarakat Bali dalam keseharian, saat upacara adat, seni tari dan para pecalang, juga dipakai pada patung di pura-pura dan pohon dengan cara dililitkan. Inilah kain yang disebut atau dinamakan dengan "Kain Poleng".
|
Kain Poleng yang sakral bagi umat Hindu |
Dalam ajaran Hindu Bali terdapat ajarah Tri Hita Karana yang bermakna tiga penyebab terciptanya kebahagiaan manusia. Terciptanya kebahagian manusia dipengaruhi oleh adanya 3 (tiga) hubungan yang selaras, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan alam. Kain Poleng dalam budaya dan tradisi masyarakat Bali (dalam hal ini masyarakat Hindu) merupakan sebuah simbol atau ekspresi dari penerapan "Rwa Bhineda" yaitu keseimbangan baik dan buruk. Bagi masyarakat penganut agama Hindu, penggunaan kain poleng dengan cara mengikatkan pada pohon-pohon, merupakan bentuk penghormatan manusia kepada alam sekaligus menjaga hubungan yang selaras antara manusia dengan alam. Dapat disimpulkan bahwa Kain Poleng bagi masyarakat penganut Hindu bermakna religius. Sangat lumrah dan wajar, jika di Bali kain poleng yang sangat disakralkan oleh umat Hindu banyak digunakan untuk melilitkan pohon karena itu merupakan salah satu dari ajaran agama mereka.
|
Gapura di Ciganea, Purwakarta dan Pohon lilitan kain Poleng |
Yang mungkin lebih menarik lagi adalah bahwa selain di daerah-daerah tersebut yang notabene masyarakatnya kebanyakan penganut agama Hindu, ternyata Kain Poleng ini juga dapat kita temui di Purwakarta, Jawa Barat, terutama di daerah perkotaannya. Kain Poleng di Purwakarta ini banyak ditemui digunakan untuk melilitkan pohon-pohon terutama di pinggir jalan di Kota Purwakarta. Padahal, penduduk di Kabupaten maupun di Kota Purwakarta bukanlah merupakan mayoritas pemeluk agama Hindu. Selain pohon, patung-patung yang ada di Kota Purwakarta juga menggunakan kain yang sangat mirip dengan kain poleng. Tidak hanya itu saja, pada tahun 2010 satuan Polantas Purwakarta juga mengenakan kain sarung dengan motif mirip kain poleng.
|
Lilitan kain batik motif khas Lebak dalam rangka HUT Lebak ke 189 |
Jika Purwakarta ingin menjaga kelestarian alam dengan melindungi pohon, mungkin apa yang dilakukan pemerintah Lebak, Banten, dapat dicontoh dimana Pemkab Lebak dalam rangka HUT Lebak ke-189 (Desember 2017) melilitkan kain pada sejumlah pohon yang berada di jalan-jalan protokol di Lebak. Kain yang dililitkan bukan Kain Poleng, melainkan kain batik dengan motif Caruluk Saruntuy yang merupakan motif batik khas Lebak. Tujuan utama Pemkab Lebak adalah mempromosikan batik khas Lebak tersebut, memperindah kota sekaligus simbol sebagai ajakan kepada masyarakat untuk menjaga kelestarian alam.
0 Komentar Untuk "Kain Poleng, antara Bali dan Purwakarta"
Posting Komentar